Aktivitas diluar jam pelajaran atau ekstrakurikuler dapat menghimpit masalah penindasan atau " bullying " di sekolah lantaran berlangsung hubungan positif pada senior serta junior, kata psikolog Kasandra Putranto. " Siswa mesti diberikan aktivitas diluar jam belajar, jadi seluruhnya repot hingga tak terpikir lagi dengan " bully mem-bully ". Bisa dicek, sekolah yang siswanya repot pasti tak ada 'bullying', " kata Kasandra berkenaan diberhentikannya 13 siswa SMA Negeri 70 Jakarta Selatan yang ikut serta masalah penindasan.
Ia menyampaikan, pihak sekolah barangkali mewajibkan tiap-tiap siswa mempunyai aktivitas luar sekolah untuk menumbuhkan rasa kebersamaan di lingkungan sekolah. " Hubungan yang positif automatis bakal terbangun bila ada dalam organisasi yang sama, serta ini baik untuk merubah budaya penindasan yang telah terlanjur terbentuk di SMA Negeri 70, " katanya.
Diluar itu pihak sekolah juga mesti aktif dalam memberi hukuman serta hadiah berkenaan masalah ini juga sebagai bentuk, penyadaran, pengawasan serta monitoring. " Seluruhnya mesti disadarkan, tidak cuma disadarkan saat pertama kali lihat kesepakatan masuk sekolah. Namun betul-betul disadarkan lewat pelatihan-pelatihan teratur bahwa mem-bully itu satu yg tidak baik, " kata ibu tiga anak ini.
Menurut wanita berumur 45 th. ini, sekolah dapat juga memakai tes psikologis dalam melakukan perbaikan moral siswa. Sampai kini, ia lihat kecenderungan pihak sekolah cuma jadikan tes psikologis juga sebagai acuan untuk memastikan tingkat intelektual siswa seperti pemilihan jurusan IPA atau IPS.
" Walau sebenarnya banyak yang bisa dipandang dari satu tes psikologis untuk satu pembinaan mental. Lewat tes ini bisa di ketahui apakah anak ini mempunyai saat kecil yg tidak mengasyikkan, kurang masak dalam memikirkan, atau masih tetap labil hingga punya potensi melakukan tindakan diluar batas, " tutur dia.
Berkenaan dengan perlakuan masalah bullying di SMAN 70, Kasandra menyebutkan tak sama pendapat dengan langkah sekolah yang memberhentikan 13 orang siswanya itu. " Bermakna ini cuma memindahkan permasalahan ke tempat lain, semestinya ada pembinaan pada korban serta pelaku sekalian, bukanlah diberhentikan, " tutur dia.
Untuk korban, menurut dia, mesti dikerjakan pemulihan dengan didampingi konsoler untuk menyingkirkan trauma. Sesaat untuk pelaku mesti diberikan peluang untuk rehabilitasi yang mengarah pada pergantian tingkah laku. " Teroris saja diberikan peluang untuk rehabilitasi, kenapa siswa tak serta segera dikeluarkan saja. Sekolah itu untuk seluruhnya kelompok, siswa yang berkarakter baik serta buruk. Berarti tinggal bagaimana caranya mendidiknya, " tutur dia.
Bila perlakuan pada pelaku ini tak pas, jadi bakal makin menimbulkan dendam serta lingkaran kekerasan bakal terus bertahan di sekolah itu. " Pelaku nanti bakal makin mau mem-bully, " kata psikolog klinis serta forensik terkenal di Jakarta. Tempo hari, semua siswa kelas 12 SMAN 70 Bulungan, Jaksel, mogok sekolah. Tindakan itu dikerjakan juga sebagai bentuk support pada rekannya yang dikeluarkan pihak sekolah.
Title | Pelajaran Ekstrakurikuler Bisa Tekan Kasus Bullying |
Rating | 5 |
Reviewer | Unknown |